Rabu, 05 Desember 2012

Sex Bebas dikalangan Remaja Sekolah

Sex Bebas dikalangan Remaja Sekolah
Remaja sekolah bagian dari remaja yang masih dalam transisi dan rawan sangat berpotensi terjadinya penyimpangan prilaku seks yang  tidak bertanggung jawab. Ada beberapa faktor penyebab hal tersebut, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal ini adalah faktor yang ada dalam diri remaja yang bersifat alamiah atau faktor hormonal. Faktor ini menyebabkan remaja secara alamiah untuk menyukai lawan jenisnnya, dan apabila tidak dibimbing secara benar akan terjerumus pada prilaku yang menyimpang dari sewajarnya, seperti pergaulan dan seks bebas.
Pergaulan bebas yang akhir-akhir ini marak dikalangan pelajar, membuat dunia pendidikan semakin tercoreng, hal ini ditunjukan dari beberapa kasus yang ada yaitu hamil di luar nikah karena diperkosa sebanyak 3,2 %, karena sama-sama mau sebanyak 12,9 % dan tidak terduga sebanyak 45 %. Seks bebas sendiri mencapai 22,6 % (sumber: BKKBN).
Maraknya pergaulan dan seks bebas dikalangan remaja saat ini tidak terlepas dari beberapa hal :
11.  hormonal yang tumbuh dalam diri remaja yang sudah mengenal dan tertarik pada lawan jenisnya. Remaja yang tidak bisa mengendalikan pengaruh hormon ini akan menyalurkannya pada kegiatan yang negatif.
22. gaya hidup, remaja yang masih mencari dentitas diri akan menirukan gaya hidupa atau figure seseorang yang dianggap mereka trend, termasuk pergaulan bebas dan seks bebas yang dianggap gaul.
33. teman sebaya, ciri khas remaja adalah sangat percaya dan yakin akan teman sebaya daripada orang-orang dewasa yang membimbing mereka kearah yang baik. Teman sebaya yang memiliki pola hidup yang bebas dan merdeka yang lepas dari pengawasan orang tua sangat berpotensi untuk terjerumus dalam pergaulan dan seks bebas.
44. rasa keingintahuan dan tahap coba-coba, remaja mempunyai ciri khas rasa ingin tahu dan tahap coba-coba hal yang baru tanpa memperhitungka resiko yang diakibatkannya nanti, rasa inilah yang menyebabkan remaja terjerumus dalam pergaulan dan seks bebas.
55. ketika seks menjadi simbol remaja, seks saat ini dianggap oleh kalangan remaja sebagai sebuah simbul remaja. Semua pembicaraan dan tingkahlaku remaja selalu dihubungkan dengan seks. Ada trend yang mengatakan “nggak gaul kalau nggak ngsek”
66. media, media telekomunikasi memiliki peran yang sangat besar dalam maraknya seks bebas dikalangan remaja sekolah, hal ini tampak dari media telekomunikasi yang digunakan remaja seperti :  hp, komputer, film, TV banyak mengandung muatan pornografi yang notabene disukai oleh kaum remaja.
Pengaruh Media terhadap Sex Bebas dikalangan Remaja Sekolah
Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi bagaikan pisau bermata dua. Di satu sisi memiliki dampak positif, sedangkan disisi yang lain dampak buruk mengancam. Kemajuan IT  akan membuat perubahan tingkah laku manusia dan membentuk budaya global. Media teknologi yang ngetrend saat ini sebagai penyebar informasi yang cepat adalah seperti televisi, handphone, internet dll
Budaya global tersebut secara positif memiliki muatan ilmu pengetahuan, teknologi, sosial dan kebudayaan, tetapi secara negatif juga bermuatan materi pornografi yang mempertontonkan dan memperdengarkan perilaku seksual melalui media majalah, surat kabar, tabloid, buku-buku, televisi, radio, internet, film-film, dan video. Teknologi informasi tersebut memungkinkan setiap orang dapat berkomunikasi secara interaktif mengenai hal-hal yang berorientasi seksual secara online melalui internet (Syarif, 2008).
Pada awalnya media massa elektronik tersebut sangat membantu masyarakat dalam memperoleh informasi dan hiburan dengan mudah. Di balik kemudahan itu tanpa disadari media massa elektronik juga menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat khususnya remaja, dengan bebasnya media massa elektronik menyajikan tontonan yang tidak memperlihatkan norma-norma sosial seperti perilaku seks pranikah, akan mempengaruhi perilaku masyarakat terutama pada remaja yang taraf berfikirnya belum matang.
 
 
 

Sex Bebas di Kalangan Remaja

Sudah menjadi maklum, remaja memang sosok yang sangat menarik untuk diperbincangkan. Kenapa?. Remaja masa pencarian jati diri yang mendorongnya mempunyai rasa keingintahuan yang tinggi, ingin tampil menonjol, dan diakui eksistensinya. Namun disisi lain remaja mengalami ketidakstabilan emosi sehingga mudah dipengaruhi teman dan mengutamakan solidaritas kelompok. Diusia remaja, akibat pengaruh hormonal, juga mengalami perubahan fisik yang cepat dan mendadak. Perubahan ini ditunjukkan dari perkembangan organ seksual menuju kesempurnaan fungsi serta tumbuhnya organ genetalia sekunder. Hal ini menjadikan remaja sangat dekat dengan permasalahan seputar seksual. Namun terbatasnya bekal yang dimiliki menjadikan remaja memang masih memerlukan perhatian dan pengarahan.
Ketidakpekaan orang tua dan pendidik terhadap kondisi remaja menyebabkan remaja sering terjatuh pada kegiatan tuna sosial. Ditambah lagi keengganan dan kecanggungan remaja untuk bertanya pada orang yang tepat semakin menguatkan alasan kenapa remaja sering bersikap tidak tepat terhadap organ reproduksinya. Data menunjukkan dari remaja usia 12-18 tahun, 16% mendapat informasi seputar seks dari teman, 35% dari film porno, dan hanya 5% dari orang tua.
 
1. Potret Remaja di Usianya
Remaja dalam perkembangannya memerlukan lingkungan adaptip yang menciptakan kondisi yang nyaman untuk bertanya dan membentuk karakter bertanggung jawab terhadap dirinya. Ada kesan pada remaja, seks itu menyenangkan, puncak rasa kecintaan, yang serba membahagiakan sehingga tidak perlu ditakutkan. Berkembang pula opini seks adalah sesuatu yang menarik dan perlu dicoba (sexpectation).Terlebih lagi ketika remaja tumbuh dalam lingkungan mal-adaptif, akan mendorong terciptanya perilaku amoral yang merusak masa depan remaja. Dampak pergaulan bebas mengantarkan pada kegiatan menyimpang seperti seks bebas, tindak kriminal termasuk aborsi, narkoba, serta berkembangnya penyakit menular seksual (PMS).
Beberapa penelitian menunjukkan, remaja putra maupun putri pernah berhubungan seksual. Di antara mereka yang kemudian hamil pranikah mengaku taat beribadah. Penelitian di Jakarta tahun 1984 menunjukkan 57,3 persen remaja putri yang hamil pranikah mengaku taat beribadah. Penelitian di Bali tahun 1989 menyebutkan, 50 persen wanita yang datang di suatu klinik untuk mendapatkan induksi haid berusia 15-20 tahun. Menurut Prof. Wimpie, induksi haid adalah nama lain untuk aborsi. Sebagai catatan, kejadian aborsi di Indonesia cukup tinggi yaitu 2,3 juta per tahun. “ Dan 20 persen di antaranya remaja,” kata Guru Besar FK Universitas Udayana, Bali ini.
Penelitian di Bandung tahun 1991 menunjukkan dari pelajar SMP, 10,53 persen pernah melakukan ciuman bibir, 5,6 persen melakukan ciuman dalam, dan 3,86 persen pernah berhubungan seksual. Dari aspek medis, menurut Dr. Budi Martino L., SPOG, seks bebas memiliki banyak konsekwensi misalnya, penyakit menular seksual,(PMS), selain juga infeksi, infertilitas dan kanker. Tidak heranlah makin banyak kasus kehamilan pranikah, pengguguran kandungan, dan penyakit kelamin maupun penyakit menular seksual di kalangan remaja (termasuk HIV/AIDS).
Di Denpasar sendiri, menurut guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, per November 2007, 441 wanita dari 4.041 orang dengan HIV/AIDS. Dari 441 wanita penderita HIV/AIDS ini terdiri dari pemakai narkoba suntik 33 orang, 120 pekerja seksual, 228 orang dari keluarga baik. Karena keadaan wanita penderita HIV/AIDS mengalami penurunan sistem kekebelan tubuh menyebabkan 20 kasus HIV/AIDS menyerang anak dan bayi yang dilahirkannya.
                   Tindakan remaja yang seringkali tanpa kendali menyebabkan bertambah panjangnya problem sosial yang dialaminya. Menurut WHO, di seluruh dunia, setiap tahun diperkirakan sekitar 40-60 juta ibu yang tidak menginginkan kehamilan melakukan aborsi. Setiap tahun diperkirakan 500.000 ibu mengalami kematian oleh kehamilan dan persalinan. Sekitar 30-50 % diantaranya meninggal akibat komplikasi abortus yang tidak aman dan 90 % terjadi di negara berkembang termasuk Indonesia.
 
2. Dampak Seks Bebas terhadap Kesehatan Fisik dan Psikologis Remaja
Pengetahuan remaja mengenai dampak seks bebas masih sangat rendah. Yang paling menonjol dari kegiatan seks bebas ini adalah meningkatnya angka kehamilan yang tidak diinginkan. Setiap tahun ada sekitar 2,3 juta kasus aborsi di Indonesia dimana 20 persennya dilakukan remaja. Di Amerika, 1 dari 2 pernikahan berujung pada perceraian, 1 dari 2 anak hasil perzinahan, 75 % gadis mengandung di luar nikah, setiap hari terjadi 1,5 juta hubungan seks dengan pelacuran. Di Inggris 3 dari 4 anak hasil perzinahan, 1 dari 3 kehamilan berakhir dengan aborsi, dan sejak tahun 1996 penyakit syphillis meningkat hingga 486%. Di Perancis, penyakit gonorhoe meningkat 170% dalam jangka waktu satu tahun. Di negara liberal, pelacuran, homoseksual/ lesbian, incest, orgy, bistiability, merupakan hal yang lumrah bahkan menjadi industri yang menghasilkan keuntungan ratusan juta US dolar dan disyahkan oleh undang-undang.
Lebih dari 200 wanita mati setiap hari disebabkan komplikasi pengguguran (aborsi) bayi secara tidak aman. Meskipun tindakan aborsi dilakukan oleh tenaga ahlipun masih menyisakan dampak yang membahayakan terhadap keselamatan jiwa ibu. Apalagi jika dilakukan oleh tenaga tidak profesional (unsafe abortion).
Secara fisik tindakan aborsi ini memberikan dampak jangka pendek secara langsung berupa perdarahan, infeksi pasca aborsi, sepsis sampai kematian. Dampak jangka panjang berupa mengganggu kesuburan sampai terjadinya infertilitas.
Secara psikologis seks pra nikah memberikan dampak hilangnya harga diri, perasaan dihantui dosa, perasaan takut hamil, lemahnya ikatan kedua belah pihak yang menyebabkan kegagalan setelah menikah, serta penghinaan terhadap masyarakat.
 
3. Bagaiamana Remaja Bersikap?
Hubungan seks di luar pernikahan menunjukkan tidak adanya rasa tanggung jawab dan memunculkan rentetan persoalan baru yang menyebabkan gangguan fisik dan psikososial manusia. Bahaya tindakan aborsi, menyebarnya penyakit menular seksual, rusaknya institusi pernikahan, serta ketidakjelasan garis keturunan. Kehidupan keluarga yang diwarnai nilai sekuleristik dan kebebasan hanya akan merusak tatanan keluarga dan melahirkan generasi yang terjauh dari sendi-sendi agama.